MODUL 1 MODEL SCIENTIFIC BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILSAFAT BAHASA
MODUL 1
MODEL SCIENTIFIC BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM FILSAFAT BAHASA
A. Pendahuluan
Bahan Ajar modul pertama ini
berisi gambaraan tentang: tantangan bahasa, mata kuliah filsafat bahasa, dan model
pembelajaraan scientific berbasis
pendidikan karakter. Dalam sub bab
tantangan bahasa berisi tentang dampak negatif dan positif pengembangaan ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pengembangan budaya yang berhubungan dengan
penggunaaan beberapa kata dalam penggunaan bahasa. Selain itu juga juga berisi tentang bagaimana
model pengembangan scientific untuk
meningatkan peran dari filsafat bahaasa dalam mencari sebuah solusi terhadap
permasalahan ditimbulkan ari dampak kemajuan dan teknologi. Selain itu juga diberikan beberapa nilai
karakter yang harus dimiliki oleh mahasiswa agar dapat bersaing tingkat
nasional, international.
Setelah mempelajari modul bagian
pertama ini mahasiswa akan dapat:
1.
Mahasiswa mampu menyikapi dampak negatif kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan senantiasa mencari solusi dengan
mengutamakan kepentingan yang lebih luas;
2.
Mahasiswa mampu untuk menguasai konsep dan teori
tentang model pembelajaran scientific
untuk menganalisa
dari persoalan pendidikan bahasa yang akan digunakan dalam
pembelajaran filsafat bahasa maupun pembelajaraan mata kuliah lainnya;
3.
Mahasiswa bertanggung jawab terhadap hasil
pencapaian suatu pekerjaan yang berhubungan dengan kajian bahasa secara lebih
mendalam.
4.
Dengan mempelajari filsafat bahasa akan menginspirasikan
mahasiswa sebagai calon pendidik untuk melaksanakan ide terbaru dalam
peningkatan pembelajaran bahasa.
5.
Mahasiswa mampu untuk menginvestigasi kebenaran
semua konsep dan teori tentang bahasa dan pendidikan bahasa sebelum diterapkan
dilapangan
Dengan mempelajari modul ini kami harapkan mahasiswa dapat
menginvestigasikan nilai-nilai kebenaran yang terdapat di dalam modul filsafat
bahasa. Bahasa harus menjadi motor utama dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi baik di lembaga pendidikan, pemerintahan, maupun
kemasyarakatan. Bahasa mempunyai peranan
yang sangat besar dalam era globalisasi yang kita hadapi sekarang ini. Kemajuan di bidang teknologi informasi,
infrastruktur, pariwisata, pendidikan akan berdampak pada hilangnya budaya
lokal yang menjadi landasan bagi eksistensinya bahasa di suatu daerah. Peradaban akan menghilangkan budaya yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadaap hilangnya kata dalam suatu masyarakat. Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan dalam
sub bab berikut ini.
B.
Tantangan
Bahasa
Dalam dunia global yang menggabungkan
seluruh dunia menjadi suatu komunitas global tantangan yang dihadapi
masing-masing negara sangatlah besar.
Negara yang belum siap akan dijadikan objek bagi negara yang telah siap
untuk bersaing secara global. Dalam
penggunaan bahasa perkembangannya sangat ditentukan nilai fungsi dari bahasa
tersebut, kadang tidak memperhatikan tata bahasanya, kalimatnya, dan makna yang
tersirat dalam bahasa tersebut. Bahasa berkembang
sangat pesat sehingga dalam suatu daerah atau negara bahasa yang dipergunakan
sangat banyak sehingga terjadi perubahan bahasa tersebut.
Hal ini disebabkan manusia mau
tidak mau harus berhadapan dengan situasi lingkungan bahasa asing sebagai alat komunikasi.
Dalam dunia global penutur dan mitra tutur sering mempergunakan bahasa
yang berbeda. Bahasa ilmu pengetahuan telah berkembang ke bentuk sedemikian
rupa sehingga orang biasa atau tidak
berpendidikan sulit untuk memahami bahasa dalam
artikel ilmiah. Dengan demikian
terjadi kesenjangan pemahaman antara ilmuwan dengan rakyatnya sehingga setiap
hasil penelitian yang dihasilkan oleh seorang ilmuwan akan sulit diaplikasikan
dilapangan dan dipergunakan oleh masyarakat.
Untuk itu tantangan ini sebenarnya bisa kita jawab jika seluruh
masyarakat Indonesia mempunyai kompetensi yang tinggi dengan indikatornya telah
lulus Sekolah menengah atas.
C. Mata Kuliah Filsafat Bahasa
Mata
kuliah filsafat bahasa merupakan matakuliah bidang kajian di Program Studi atau
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan (kognitif), pengalaman (afektif), serta ketrampilan (psikomotorik). Ketiga aspek yang
tersebut di atas merupakan sebuah syarat untuk membentuk sebuah kompetensi
dalam bidang bahasa. Dengan demikiaan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan saastra
Indonesia harus mengetahui hak, kewajiban, dan kemampuan atau kompetensi apa
yang harus dimilikinya dalam melaksaanaakan tugas yang berhubungan dengan
pekerjaan setelah meyandang gelar kesarjaaan (KKNI, 2012). Dengan demikian mahasiswa
harus berusaha untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge) yang berupa penguasaan teori dan keterampilan, serta
pemahaman tentang fakta dan informasi yang diperoleh oleh mahasiswa baik lewat
pendidikan di ruang kuliah maupun lewat pengalaman nyata di lapangan.
Dengan mempelajari filsafat
bahasa mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang dipersiapkan
menjadi pendidik, reporter, jurnalis, sastrawan, pemimpin, legislator,
wirausaha dengan kemampuan yang mumpuni untuk menjawab persoalan yang dan
tantangan jaman yang menggunakan bahasa sebagai alat untuk pengembangan
pengetahuan dan teknologi. Kemampuan
untuk menganalisa setiap persoalan yang berkaitan dengan bahasa akan menentukan
kualifikasi dari lulusan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu
juga karaktermahasiswa harus muncul dalam setiap kegiatan baik daalam
pendidikan di ruang kuliaah maupun pengalamaan di lapangan.
Kegiatan pembelajaran filsafat
bahasa diharapkan mampu untuk memformulasikan konsep dan teori filsafat bahasa
yang disesuaikan dengan kondisi kekinian
dalam menjawab persoalan bahasa yang semakin komplek. Model pembelajaran dan
modul filsafat bahasa harus dipersiapkan dengan matang sehingga capaian
pembeljaran filsafat bahasa akan tercapai.
Mata kuliah filsafat bahasa perlu untuk ditingkatkan jumlah Jam mata
kuliah minimal 3 sks. Walaupun demikian
bukan suatu alasan jika hanya 2 sks tetapi tidak dapat merubah pola pikir
mahasiswa menjadi pola pikir yang analisis. Mahasiswa waktu yang dipergunakan
untuk tatap muka di ruang kuliah lebih sedikit tetapi interaksi dengan
masyarakat lebih besar. Untuk itu modul
filsafat bahasa kita rancang untuk memenfaatkan waktu mahasiswa di
masyarakat. Untuk itu modul filsafat
bahasa akan berisi tugas mandiri yang harus dikerjakan oleh mahasiswa.
Karakter kemandirian, tanggung
jawab, toleransi, kerjasama, kreatifitas akan tampak jelas dengan modul ini.
Dengan mempelajari konsep teori bahasa sekaigus diimplementasikan di lapangan
akan memberikan suatu pengalaman yang berharga yang nantinya akan menjadi suatu
kebiasaan dalam berpikir. Dengan
demikian mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
situasi yang dihadapinya dengan penyelesaian yang didasarkan pada kemampuan
berpikir analisis bahasa.
Selain
itu juga mahasiswa diharapkan menguasai konsep dan teori yang mencakup asal
usul pengetahuan bahasa, konsep teori bahasa, serta nilai dan fungsi dari
bahasa. Kemampuan di atas dijadikan dasar
dalam pengambilan suatu keputusan berdasarkan data dan fakta yang merupakan
sebuah solusi kebijakan yang berhubungan dengan bahasa lisan maupun tulis. Dewasa ini manusia banyak berinteraksi dengan
mempergunakan bahasa yang beragam yang memerlukan sebuah pemahaman yang
mendalam terhadap setiap makna yang terkandung dalam sebuah tuturan.
Modul filsafat Bahasa ini
mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
tentang penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan
Tinggi. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat
KKNI, adalah kerangka penjenjangan capaian pembelajaran (Learning outcomes) yang dapat menyetarakan, luaran bidang
pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor. Jenjang kualifikasi
adalah tingkatan capaian pembelajaran yang disepakati secara nasional, disusun
berdasarkan ukuran pencapaian proses pembelajaran yang diperoleh melalui
pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
Modul Filsafat Bahasa mencakup 3 aspek kemampuan yang harus dimiliki
oleh mahasiswa khususnya program studi pendidikan bahasa Indonesia agar
nantinya mampu menjadi pioner dalam penyelesaian permasalahan yang berhubungan
baik pendidikan bahasa Indonesia maupun aspek sosial kemasyarakatan yang
mempergunakan bahasa sebagai bahasa lisan dan tulisan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh M.
Solly Lubis (1994: 16-17) bahwa tiap-tiap pengetahuan mempunyai tiga komponen
yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya. Komponen
tersebut adalah: pertama, Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui
yang merupakan kajian mengenai teori yang ada (reality) aspek kognitif dari filsafat bahasa; kedua Epistemologi menjelaskan
bagaimana cara menyusun pengetahuan bahasa yang benar dengan mempergunakan
suatu landasan bagi epistemologi ilmu
dengan “metode ilmiah” atau scientific.
Dengan demikian diharapkan mahasiswa mempunyai dasar dalam menyusun pengetahuan
yang benar dengan scientific. Dalam kaitannya dengan pendidikan bahasa
Indonesia
lebih tertuju kepada
cara-cara belajar dan mengajar yang di pandang terbaik untuk mengetahui atau
memperoleh kebenaran; ketiga membahas tentang
Aksiologi yaitu menjelaskan fungsi dari filsaat bahasa.
Pada dasarnya pendapat di atas dapat kita mengelompokan menjadi tiga
aspek meliputi aspek pengetahuan,
kepribadian dan psikomotorik yang merupakan kesatuan yang komplek yang diramu
dengan pendekatan scientific yang
menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan. Data yang dgunakan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan harus diambil berdasarkan fakta nyata dilapangan sehingga
faktor kepribadian pengambil data sangat diperlukan sekali. Setelah data diambil dengan menggunakan prosedur
yang benar nantinya akan dianalisis dengan mempergunakan ilmu pengetahuan yang
telah ada yang berupa konsep dan teori dari ilmuwan yang digunakan sebagai
dasar dalam mengambil keputusan. Setelah
disimpulkan menjadi sebuah konsep atau teori baru maka harus diimplementasikan
dalam kehidupan nyata.
Filsafat Bahasa merupakan
matakuliah kajian dalam Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia. Tujuannya
seperti telah diuraikan di atas untuk memberikan pengetahuan, pengalaman, serta
keterampilan yang berkaitan dengan kajian filsafat bahasa baik dalam bidang
pendidikan maupun dalam maupun nonkependidikan yang sangat berhubungan dengan
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi baik tulis maupun lisan. Dengan mempelajarai filsafat bahasa
mahasiswa diharapkan mampu memanfaatkan pengetahuan filsafat bahasa sebagai
dasar dalam memecahkan persoalan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
sosial yang mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang
dipergunakan bisa bahasa Ibu, bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris sangat
tergantung dari masyarakatnya. Dengan
demikian mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
perbedaan situasi dan keadaan yang
berbeda-beda dalam rangka penyelesaian suatu masalah dengan mempergunakan analisis
yang mendalam terhadap makna yang tergantung dalam bahasa.
Sebenarnya yang menjadi
persoalan utama bukan pada bahasanya tetapi arti atau makna yang terkandung
dalam bahasa. Untuk memahami arti atau makna suatu bahasa yang berupa: simbol, lambang, dan tanda bahasa
terlebih dahulu kita harus memahami dan menguasai bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa secara otomatis kita
akan mempelajarai latar belakang timbulnya bahasa tersebut sehingga kita dengan
mudah untuk memeknai atau mengartikan suatu bahasa. Untuk menyemakan makna dari lambang
memerlukan suatu pijakan berpikir yang mendalam yang mencakup asal usul bahasa,
hakikat bahasa dan nilai dan fungsi bahasa.
Menurut pendapat Qudwatin Nisak
(2011: 278) pendidikan bahasa atau bisa juga dikatakan pengajaran bahasa juga
tidak terlepas dari jasa-jasa filsafat yang memberikan dasar berpijak dari
segala proses yang berkenaan dengan pendidikan bahasa, baik itu arah, tujuan
dan proses pelaksanaannya (praktek). Uraian di atas menunjukkan bahwa dengan
mempelajari filsafat, arah pemikiran mahasiswa, khususnya mahassiwa pendidikan
Bahasa Indonesia yang lebih difokuskan kepada pendidik bahasa, akan terbantu
dalam memilih bentuk model pembelajaran sehingga tujuan akhir dari pendidikan
bahasa yang ingin dicapai dapat terwujud dengan sukses.
Uraian diatas
menunjukkan bahwa dengan mempelajari filsafat, arah pemikiran seseorang,
khususnya pendidik yang dalam hal ini lebih difokuskan kepada pendidik bahasa,
akan terbantu dalam memberikan program pengajaran bahasa dengan cara-cara yang
jitu sehingga tujuan akhir dari pendidikan bahasa yang ingin dicapai dapat
terwujud dengan sukses (Qudwatin Nisak (2011: 279). Dalam kenyataan yang
ada, para pendidik atau praktisi pendidikan yang bergelut di bidang bahasa
khususnya, terkadang menafikan keberadaan filsafat. Filsafat hanya dipandang
sebagai suatu ilmu hafalan baru saja. mahasiswa yang nantinya akan menjadi
pendidik bahasa, banyak yang tidak tahu pentingnya filsafat bagi mereka.
Dangkalnya pemahaman mereka terhadap filsafat membuat timbulnya berbagai
masalah yang berkesinambungan dalam pendidikan bahasa. Berdasarkan latar
belakang di atas, modul filsafat bahasa berikut ditendensikan untuk menguraikan
hubungan antara filsafat dan pendidikan bahasa, dan manfaat filsafat terhadap
pendidikan bahasa.
Dengan demikian matakuliah filsafat bahasa harus menjadi sesuatu mata
kuliah favorit dengan demikian mahasiswa akan mampu untuk mempraktekan cara
berpikir filosofis dalam segala hal yang berkaitan dengan bahasa.
Modul Filsafat bahasa ini kami berusaha untuk menggabungkan
antara pendekatan scientific dan KKNI 2013 yang sebenarnya saling mendukung dan
melengkapi. Modul Filsafat bahasa berorientasi pada KKNI 2013 dalam penyelesaian
masalah melalui tahapan model pembelajaran scientific
harus dikembangkan untuk matakuliah filsafat bahasa. Karena dalam memecahkan persoalan bahasa baik
aspek pendidikan maupun non pendidikan peru adanya penelitian atau observasi
lapangan untuk memperoleh data di lapangan.
Modul filsafat bahasa terdapat 5
bagian yang meliputi: Modul pertama berisi pendahuluan, Modul kedua berisi
tentang pengetahuan perkembangan filsafat bahasa disertai tokoh-tokoh yang
dimula jaman Romawi sampai Jaman Modern, Modul ketiga berisi tentang
landasan filsafat bahasa yang menguraikan
tentang logika, makna kata, logika dan penalaran, serta filsafat analitik; Modul
keempat berisi konsep dan teori yang menjadi dasar dalam analisis ilmiah untuk menjawab persoalan yang
berhubungan dengan Hakikat bahasa; Modul kelima berisi tentang fungsi dan
manfaat filsafat bahasa baik dalam kajian untuk penelitian maupun dalam
kehidupan nyata. Dengan demikian modul filsafat bahasa ini dapat memberikan
model dalam perencanaan pengajaran filsafat bahasa yang mencakup berbagai komponen yang nantinya berguna untuk
meningkatkan kompetensi lulusan program studi pendidikan Bahasa Indonesia.
Latar
belakang perlunya matakuliah filsafat bahasa bagi mahasiswa pendidikan bahasa
Indonesia. Pertama, bahasa bukan merupakan bahasa Ibu sebagaian
masyarakat Indonesia. Walaupun suku
Melayu tetapi bahasa Indonesia yang sekarang sudah mengalami perubahan yang
sangat besar. Dengan demikian akan
sangat sulit untuk menyelesaikan persoalan bahasa yang sangat berkaitan dengan
makna suatu kata atau kalimat. Dengan
banyaknya interpretasi suatu makna kata maka memerlukan suatu pemikiran yang
mendalam agar kesimpulan yang kita hasilkan dapat memberikan manfaat yang luar
bbiasa bagi kita maupun orang lain. Kedua bahasa Indonesia masih sangat muda
kalau kita bandingkan dengan bahasa lainnya seperti bahasa Jawa, Bahasa Ingris,
bahasa China, Bahasa Arab. Dengan
demikian bahasa Indonesia mengalami perkembangan dengan banyaknya unsur serapan
asing baik dari bahasa Arab, Bahasa Inggris, bahasa Korea dan sebagainya.
Ketiga, dari segi asal-usul bahasa Indonesia tidak
jelas atau terpenggal-penggal padahal bahasa sangat berkaitan dengan
budaya. Kalau kita kaji lebih lanjut
bahasa Indonesia tidak ada budaya yang melandasi bbahasa Indonesia berbeda dengan
bahasa Inggris yang budayanya sangat mendasari adanya lahirnya istilah atau
makana terhadap suatu kata, lambang, atau tanda. Dengan demikian bahas Indonesia dalam
memaknai suatu kata banyak yang maknanya ganda bahkan lebih dari dua makna. Dengan demikian diharapkan setelah mahasiswa
mendalami filsafat Bahasa akan semakin sadar bahwa tantangan Bahasa Indonesia yang
berupa tanda bunyi ujaran semakin komplek baik dalam bidang politik, hukum,
sosial kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, tanda kesejahteraan sosial.
Eksistensi bahasa Indonesia
dapat dilihat dari pengembangan dan
penggunaannya dalam sejarah. Bahasa Indonesia masih digunakan hingga
saat ini. Hanin (2012) menjelaskan bahwa sejarah bahasa Indonesia yang kita
gunakan sekarang ini berasal dari bahasa Melayu Riau dari abad XIX, yang merupakan
salah satu ragam bahasa Melayu dari Kepulauan Riau. Kerajaan Sriwijaya
mempunyai peranan penting dalam menyebarkan
bahasa Indonesia ke seluruh wilayah Nusantara secara tidak langsung.
Kerajaan tersebut adalah kerajaan besar yang menguasai jalur perdagangan di
Nusantara.
Sebagai contohnya penulis
Amerika Latin modern yang menulis dalam Bahasa Spanyol, masih berada dalam satu
sejarah dengan mahakarya abad tujuh belas bernama Don Quixote. Penulis Cina
modern seperti Mo Yan, menulis dalam bahasa yang sama dengan penulis Sam Kok,
demikian juga Haruki Murakami menulis dalam bahasa yang sama dengan Murasaki
Shikibu. Kalau kita lihat rentang kesusastraan mereka panjang berarti budaya
yang melenadsi pada awal bahasa tersebut dipergunakan tidak berubah sampai
sekarang. Kalau kita lihat Serat Centhini walaupun itu karya bangsa kita
sendiri bagaikan menghadapi karya asing harus diterjemahkan dulu untuk bisa
dibaca penulis modern negeri ini.
Apalagi setelah Indonesia memakai bahasa Indonesia kita banyak mengalami
perubahan khususnya pada Ejaan kata yang dimulai dari Ejaan Van Ovuesyen, Ejaan
Suwandi, sampai dengan Ejaan Yang disempurnakan.
Keempat, Ambigiusitas penggunaan bahasa Indonesia
dalam bidang hukum sampai saat ini masih jauh dari harapan. Bahasa Indonesia
yang dituangkan dalam peraturan perundangan dan berbagai putusan di bidang
hukum kerap mengundang multitafsir dan tak lugas. Hal itu terjadi karena para
pembuat aturan dan penegak hukum tak menguasai bahasa Indonesia secara baik. Di
samping itu, minimnya padanan kosakata bahasa Indonesia membuat berbagai
dokumen hukum yang ada masih menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Inggris
dan Belanda. Untuk itu, para pakar bahasa Indonesia dan pemangku kepentingan
harus duduk bersama untuk merumuskan bahasa hukum yang baku, lugas, singkat,
modern, dan mudah dicerna secara jelas, tegas dan tepat.
Peraturan yang multitafsir
merupakan gambaran dari kelemahan penguasaan bahasa Indonesia oleh para pembuat
aturan dan penegak hukum. Salah satu contohnya adalah putusan hakim yang sering
menimbulkan ketidakpastian bagi para pihak yang berperkara. Keputusan hakim
malah menimbulkan perdebatan. Seharusnya hakim, jaksa, dan pengacara bisa
merumuskan semua tuntutan, pandangan, pertahanannya, dalam bahasa Indonesia
yang baik dan tidak menimbulkan banyak interpretasi yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman. Ketidakmampuan menggunakan bahasa Indonesia juga tampak dalam
proses legislasi atau pembuatan produk hukum. Kalau masih ada peraturan yang
multitafsir berarti penguasaan bahasanya yang perlu diperhatikan.
Kelima, bahasa Indonesia belum membumi di
Indonesia. Masih banyak rakyat Indonesia
yang belum mampu untuk mempergunakan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan masih banyaknya masyarakat
Indonesia yang buta huruf tidak mengenal sekolahan dan tulisan. Padahal sekolah
merupakan salah satu media untuk menyeberluaskan penggunaaan bahasa Indonesia
di Indonesia. Dengan kurangnya membumi
menjadi sebuah peroslan yang sangat berarti bagi peroduk hukum, peraturan
pemerintah, Undang-undang untuk menyosialisasikan sampai keseluruh pelosok
Indonesia. Hal ini akan menghambat
adanya program pemanguan yang telah direncanakan oleh pemerintah.
Keenam arus global tanpa kita sadari berimbas pula pada
penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di
dunia maya, facebook misalnya, memberi banyak perubahan bagi stuktur bahasa
Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam
pengajarannya.
Upaya
untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia hendaknya dimulai dari
sekarang. Muslich (2010: 21-25, 42) menjelaskan bahwa upaya-upaya tersebut
yaitu (a) mengembangkan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia, (b) merencanakan bahasa sebagai upaya menanggulangi
tantangan, (c) meningkatkan peran media massa, (d) mengajarkan tentang
kebangsaan, (e) melaksanakan KTSP bahasa Indonesia, (f) memperbaiki mutu guru
bahasa Indonesia, (g) memberikan penyuluhan
bahasa Indonesia, (h) melibatkan organisasi pemuda, (i) meningkatkan
kepedulian para petinggi terhadap eksistensi bahasa Indonesia, dan (j)
menerapkan disiplin berbahasa Indonesia.
D. Karakter
Ada
banyak kualitas karakter yang harus dikembangkan dalam modul filsafat bahasa diintegrasikan
dengan pengembangan konsep pendidikan 9 pilar karakter yang merupakan
nilai-nilai luhur universal yaitu: pertama (karakter cinta Tuhan Yang Maha
Esa), kedua (kemandirian dan tanggung jawab), ketiga (hormat dan santun)
(Lickona, 2007: 118-138). Diharapkan
melalui internalisasi 10 pilar karakter ini, para mahasiswa akan menjadi
manusia yang cinta damai, tanggung jawab, jujur, dan serangkaian akhlak mulia
lainnya yang berbasis kearifan budaya lokal. Adapun nilai-nilai karakter yang
diamanatkan dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia tahun 2012 terdiri
dari: 1) Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan alam semesta beserta isinya; 2) Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan; 3)
Nasionalisme dan Cinta Tanah Air; 4) Berperan Aktif dalam peningkatan mutu berbangsa
dan bernegara; 5) mampu untuk meningkatkan kerjasama baik internal maupun
eksternal guna meningkatkan kepekaan sosial yang timbul dimasyarakat yang
kaitannya dengan penggunaan bahasa; 6) mampu untuk beradaptasi terhadap
keragaman budaya yaitu dengan meningkatkan karakter Toleransi, Cinta Damai, dan
Persatuan; 7) Taat pada norma hukum, etika, nilai dan disiplin; 8) Bertanggung
Jawab; 9) Serta meningkatkat kemandirian, sikap perjuangan pantang menyerah,
serta semangat wirausaha.
Metode penanaman 9 pilar
karakter tersebut di atas dilakukan secara eksplisit dan sistematis, yaitu
dengan knowing the good, reasoning the
good, feeling the good, dan acting the good ternyata telah berhasil
membangun karakter anak (Lickona, 2007: 125-127). Dengan demikian penanaman
nilai karakter kepada mahasiswa tidak semudah jika kita melakukannya kepada
anak usia sekolah dasar. Mahasiswa pada
dasarnya sikap, watak, kepribadian, dan perilakunya sudah terbentuk, oleh
karena itu modul ini berusaha untuk menambahkan pengetahuan yang baik kepad
mahasiswa dengan maksud kata, bahasa yang telah tersimpan dalam kamus mental
mahasiswa akan tereliminasi dengan adanya hal yang baru. Walaupun untuk
memesukan hal yang baik memerlukan metode pembelajaran yang baik dan benar.
Knowing the good merupakan suatu metode penanaman nilai
karakter dengan menanamkan hal-hal yang baik diharapkan nilai yang baik
tersebut dapat tersimpan dalam kamus mental mahasiswa. Dengan banyaknya
simpanan yang berupa knowing the good dalam otak mahasiswa jika mndapatkan stimulus
yang didengar dan dilihat mahasiswa akan mengeluarkan suatu respon yang baik.
Reasoning the good perlu kita tanamkan pada diri mahassiwa
yang berkaitan kapan waktu yang tepat untuk memberikan suatu respon terhadap
persoalan yang berkaitan dengan bahasa dan pendidikan bahasa Indonesia yang
tepat. Dalam modul ini akan disajikan
beberapa contoh kasus yang memerlukan suatu kajian yang medalam dalam menyikapi
dan mengambil keputusan yang bijaksana sehingga hasil keputusan yang didapatkan
dari proses berpikir akan bermanfaat bagi masyarakat.
Feeling the good, kita membangun perasaan mahasiswa dengan
menjadi teladan akan kebaikan. Diharapkan
jika mahasiswa mencintai kebaikan akan mempengaruhi sikapnya dalam bertindak
atau acting
the good. Acting the good sangat dipengaruhi oleh knowing the good, reasoning the good, feeling the good. Dengan demikian penanaman nilai karakter harus
terintegrasi dalam semua mata kuliah yang ada yang nantinya menjadi dasar
mahasiswa untuk menyikapi dalam permaslahan yang timbul khususnya dalam
pendidikan bahasa Indonesia.
E.
Model
Pembelajaran Scientific
Modul ini dilengakapi dengan
model pembelajaran scientific yang
menyenangkan dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dengan
model dapat dijadikan alat untuk membangun lingkungan secara total agar
tercipta lingkungan yang kondusif untuk tumbuhnya siswa-siswa berkarakter.
Lingkungan pembelajaran di kelas yang nyaman dan menyenangkan merupakan syarat
mutlak harus dipenuhi agar karakter mahasiswa
dapat dibentuk. Walaupun mahasiswa sudah pada taraf bukan anak-anak tetapi
kalau kita berikan pembelajaran yang scientific
dan karakter bisa dijadikan sebuah model jika nanti mahasiswa menjadi guru baik
di lembaga formal maupun informal.
Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah menjadi keniscayaan
dalam pembelajaran Matakuliah filsafat Bahasa.
Materi kuliah yang terdiri dari Lima bagian dan tiap bagian terbagi
menjadi beberapa bab harus berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira–kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata. Dengan demikian mahasiswa tidak hanya diajarkan
berupa teori atau konsep tentang filsafat bahasa tetapi pada tataran observasi
menemukan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan bahasa Indonesia atau
bahasa dengan mengambil data kualitatif maupun kuantitaif yang akan dianalisis
menggunakan konsep atau teori yang telah ditentukan sebagai dasar dalam mengambil
kesimpulan. Dalam proses belajar mengajar di kelas diharapkan terjadi interaksi
yang positif antara dosen dan mahasiswa dan terbebas dari prasangka, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
F. Simpulan.
Kegiatan pembelajaran filsafat
bahasa diharapkan mampu untuk memformulasikan konsep dan teori filsafat bahasa
yang disesuaikan dengan persoalan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
sosial yang mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa yang
dipergunakan bisa bahasa Ibu, bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris sangat
tergantung dari masyarakatnya. Dengan
demikian mahasiswa diharapkan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
perbedaan situasi dan keadaan yang berbeda-beda
dalam rangka penyelesaian suatu masalah dengan mempergunakan analisis yang
mendalam terhadap makna yang tergantung dalam bahasa.
Dalam modul Model Scientific
Berbasis Pendidikan Karakter Dalam Filsafat Bahasa, tantangan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi bagi pengembangan atau terkikisnya nilai budaya dalam
masyarakat yang berakibat terhadap pemakaiaan beberapa kata. Sebagai contohnya penggunaan traktor di suatu
daerah berakibat pada jarngnya penggunaan kata-kata seperti garu, luku, singkal
digantikan dengan kata traktor. Padahal
kata tersebut banyak mengandung nilai budaya yang perlu kita lestarikan karena
bahasa merupakan identitas suatu bangsa.
Dengan pembelajaran scientific ini diharapkan mahasiswa
dapat mempraktekannya dalam menyelesaikan setiap persoalan yang dilandasi
dengan fakta atau data dilapangan dengan pendekatan yang mengutakan nllai-nilai
karakter yang berbasis kearifan lokal. Dalam pembelajaran scientific ini mahasiswa mampun untuk menjawab persoalan yang muncul
di masyarakat dengan pendekatan yang dimulai dari proses pengamatan, mencari
sumber referensi, menganalisis, baru menjawab persoalan yang kaitannya dengan
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan.
G. Latihan
Berdiskusilah dengan teman yang lain untuk
menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini. Latihan ini dapat dilakukan secara mandiri
dan dapat pula dilakukan secara bersama. Jika dilakukan secara bersama, latihan
dapat dilakukan dengan melakukan diskusi yang diawali dengan saling bertanya
jawab dimana setiap teman kelompok. Hasil jawaban setiap pertanyaan tadi kemudian
didiskusikan untuk memperoleh jawaban singkat, jelas, tepat, serta disertai
dengan teori dan konsep terbaru. Jawaban
soal tersebut bersifat individu dan dikerjakan di buku tugas yang telah
disediakan.
Coba anda berikan
sebuah contoh kemajuan Ilmu pengetahuan dan Teknologi berdampak terhadap
terkikisnya nilai budaya masyarakat dengan ditandai pada hilangnya bahasa dan digantikan
dengan bahasa atau kata yang baru ! Jelaskan
- Sebutkan tahapan
yang digunakan untuk mencari solusi pemecahan masalah yang ditimbulkan
pada persoalan yang terdapat di nomor 1!
- Coba anda cari nilai
karakter yang hilang bersamaan dengan terkikisnya suatu bahasa sebagai
akibat adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Komentar
Posting Komentar