PSIKOLINGUISTIK BAB 3 (AGOES HENDRIYANTO,M.Pd)



BAB III
BAHASA TRANSFORMASI
SEBAGAI DASAR KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
A.    Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca bab ini, diharapkan Saudara dapat:
1.      menjelaskan bahasa;
2.      menjelaskan kompetensi dan performansi;
3.      menjelaskan kreativitas bahasa;
4.      menjelaskan komponen bahasa;
5.      menjelaskan bahasa transformasi sebagai dasar kajian psikolinguistik.


B.     Bahasa
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Oleh karena itu, jika orang bertanya apakah bahasa itu, maka jawabannya dapat bermacam-macam sejalan dengan bidang kegiatan tempat bahasa itu digunakan. Jawaban seperti, bahasa adalah alat untuk menyampaikan  isi pikiran, bahasa adalah alat untuk berinteraksi, bahasa adalah alat untuk mengekspresikan diri, dan bahasa adalah alat untuk menampung hasil kebudayaan, semuanya dapat diterima.
Bahasa adalah salah satu karunia Allah swt yang diberikan kepada manusia, tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang memiliki kemampuan berbicara selain manusia. Bahkan, dalam kajian ilmu Mantiq, manusia dikenal sebagai Hayawaanun Naathiqun atau hewan yang bias berbicara. Sehingga manusia tak dapat lepas dari bahasa, ketika mereka berinteraksi dengan manusia
yang lain. Bahasa adalah tingkah laku manusia melalui ucapan dan telah lama menjadi objek studi dan penyelidikan para ahli psikologi. Seperempat abad yang lampau para psikolog tersebut lebih menaruh perhatiannya kepada bahasa, ketika diadakan penelitian penelitian baru dalam lapangan psikofisiologis dan neurofisiologis yang memungkinkan untuk mengadakan pendekatan lebih baik terhadap mekanisme bahasa. Dengan demikian timbullah cabang ilmu baru, yaitu psikolinguistik
Definisi lain yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1983) yaitu: Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 2003 : 32). Mengenai definisi ini, Chaer (2003: 33-43) lebih lanjut menjelaskan sebagai berikut.
1.    Bahasa Sebagai Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan
yang bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau kom
ponen yang satu dengan lainnya berhubungan secara fungsional. Ibarat sebuah sepeda yang berfungsi ialah kalau unsur-unsurnya atau komponen-komponennya (seperti roda, sadel, kemudi, rantai, rem, lampu, dan sebagainya) tersusun sesuai dengan pola atau pada tempatnya. Kalaulah komponen-komponen pada sepeda tadi tidak beraturan atau tidak sesuai dengan tempatnya maka susunan itu tidak membentuk sebuah sistem yang berfungsi dengan baik.Demikian pula dengan sistem bahasa yang terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola; tidak tersusun secara a
cak atau sembarangan. Sedangkan sistemis berarti, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem; atau sistem bawahan. Diantara sub-subsistemnya antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantic. Perhatikanlah contoh berikuit:
-Ayah membeli ayam di pasar
-Ayam pasar di ayah membeli
Pada contoh yang pertama sudah jelas bahwa kalimat ini tersusun dengan
benar menurut pola aturan kaidah bahasa Indonesia atau bisa dikatakan sesuai dengan sistem bahasa Indonesia. Sedangkan kalimat yang kedua tidak bisa dipahami karena tidak beraturan atau tidak sesuai dengan sistem bahasa Indonesia.
2.        Bahasa Adalah Bunyi
Dari definisi bahasa yang telah disebutkan, bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi dalam artian sistem bahasa itu berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Yang jadi persoalan kini ialah apa yang disebut dengan bunyi? Dan
apakah semua bunyi itu termasuk lambang bahasa?
Kata bunyi atau yang kerap kali disebut dengan suara, menurut Kridalaksana (1983) ialah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran dari
gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara.
Bunyi ini bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia, sedangkan yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa
ialah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Chaer, 2003: 42).
3.        Bahasa Itu Arbitrer
Kata arbitrer artinya sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana
suka. Namun yang dimaksud arbitrer dalam konteks ini ialah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa yang berwujud bunyi itu dengan konsep
atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Meskipun terdapat kata-kata yang termasuk onomatope (kata yang berasal dari tiruan bunyi) yang lambangnya memberikan petunjuk dari konsep yang dilambangkannya. Seperti kata (kukuruyuk) yang menunjukkan tiruan bunyi ayam jantan dalam bahasa Indonesia, ternyata dalam bahasa Sunda berbunyi (kongkorongok); bunyi letusan senjata api yang dalam bahasa Indonesia berbunyi (dor), (dar), atau (tar), ternyata dalam bahasa Inggris berbunyi (bang). Begitu juga bunyi meriam, (jlegur) dalam bahasa Indonesia sedangkan dalam bahasa Inggris berbunyi (blam).
Ada ciri-ciri khusus yang membedakan bahasa manusia dan bahasa binatang, yaitu sebagai berikut:
1.  Bahasa manusia memiliki ketergantungan strukutur
2.  Bahasa dan pemaakai bahasa itu kreatif.
3.  Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah lampau atau yang belum terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan.
4.  Bahasa memiliki sturktur ganda yang dinamakan struktur batin dan struktur lahir.
5.  Bahasa diperoleh secara turun temurun dari sati generasi ke generasiyang lain.
6.  Hubungan antara kata dengan benda, perbuatan atau keadaan yang dirujuknya itu arbitrer.
7.  Bahasa memiliki pola adualitas.
8.  Bahasa memiliki semantisitas.
Dalam bagian ini dikemukakan lima hal yang berkaitan dengan tata bahasa transformasi sebagai dasar kajian psikolinguistik, yakni (1) batasan tatabahasa, (2) kompetensi dan performansi, (3) kreativitas bahasa, (4) komponen tatabahasa, dan (5) tatabahasa transformasi sebagai dasar kajian psikolinguistik.

      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Indonesia Dipelajari oleh Banyak Negara

TAWARAN BEASISWA DARI UNIVERSITI MALAYSIA SABAH (UMS) MALAYSIA 2015