LAMJUTAN BAB 3 PSIKOLINGUISTIK
- Kompetensi dan Performansi
Kompetensi (competence) merupakan
pengetahuan yang dipunyai oleh pemakai bahasa tentang bahasanya. Kompetensi
atau kemampuan diartikan sebagai pengetahuan yang dipunyai pemakai bahasa
tentang kaidah-kaidah bahasa. Pengetahuan ini diperoleh secara tidak sadar
(alamiah), secara diam-diam, secara intrisik, implisit, intuitif, dan terbatas.
(Palmaater dalam Tarigan,
1985: 11 dan Kaseng, 1991: 9). Kompetensi merupakan
informasi yang tersedia bagi pembicara asli yang lancer berkenaan dengan
bahasanya, sehingga memungkinkan dia megerti dan mengahsilkan sejumlah kalimat
yang belum pernah di dengar atau diucapkan sebelumnya, membedakan antara
kalimat yang meragukan dengan yng tidak meragukan yang bersinonim dengan yang
tidak bersinonim, yang gramatikal dan yang tidak gramatikal, dan sebagainya.
Kompetensi merupakan sistem kaidah yang abstrak dan terbatas yang mendasari
perilaku linguistik si pembicara yang memungkinkan ia menganalisis serta
mesistesikan secara tepat hubungan bunyi-arti sejumlah kalimat yang tidak
terbatas. Aspek-aspek kompetensi yang terksit dengan ilmu bahasa.
1. Sistem Bunyi (Fonologi)
Bahagian kompetensi seseorang yang berkenaan dengan fonologi bahasa. Apabila
anda mendengarkan atau mencoba mempelajari sebuah bahasa asing, anda akan
menyadari bahwa bahasa tersebut memiliki bunyi yang tidak terdapat dalam bahasa
anda. Contoh, dalam bahasa Arab terdapat bunyi asing, seperti: ……; dalam bahasa
Inggris: [ph], [th]; dalam bahasa Belanda: [x], [ui],
bahasa Jawa: [t], [d]; dalam bahasa Jerman: [u], [8].
Akan anda kenali juga bahwa terdapat
rangakaian bunyi bahasa yang posisinya berbeda dengan bahasa Anda. Nama-nama
seperti Ptah dan Ptolemi bagi orang Indonesia akan
cenderung membuang (p) atau menyisipkan sebuah vokal (e) antara p dan t.
Kata-kata Indonesia seperti makan dan jangan oleh orang
Bugis dan orang Makassar akan terealisasi dalam ucapan dengan mengganti (n)
dengan (ng).
1. Morfologi
Pembicaraan
terdiri atas tuturan yang tidak terputus, sering tidak dapat dikenali
batas-batas fisik antara satu kata dengan kata lain. Akan tetapi, kita dapat
menguraikan tuturan dalam deretan kata-kata tanpa mengalami kesulitan. Dalam
contoh-contoh di bawah ini (dalam bahasa Inggris dan bahasa Navako), kita dapat
menguraikan (a) menjadi (b), tetapi tidak ada penutur bahasa Inggris akan
menguraikan menjadi (c). Selanjutnya, perhatian kalimat bahasa Navako (d) yang
berarti sama dengan kalimat bahasa Inggris, tetapi menguraikan kalimat (d)
adalah susah bagi penutur bahasa Navako.
1)
Hewenttotownonhhishorse
2)
He went to town on his horse
3)
*hew entot ow nonh is hor se
2. Sintaksis
Dalam
kalimat-kalimat berikut akan dibedakan kalimat yang tersusun secara benar,
yakni kalimat gramatikal yang berdiri sejajar dengan kalimat yang tidak
gramatikal.
1)
Kehadiran mereka saya Anda
2)
Kehadiran Anda saya meminta
3)
Saya meminta kehadiran Anda.
Hanya
kalimat (3) yang gramatikal, kalimat (1) adalah kata yang tersusun tanpa
aturan, kalimat (2) menyalahi kaidah bentuk kata kerja, yang seharusnya saya
minta.
Perlu pula
dibedakan antara kalimat yang gramatikal, yaitu yang tersusun secara baik
secara struktur dan kalimat yang tersususn baik secara semantik. Jika kita
perhatikan kalimat-kalimat berikut, maka :
4)
Ia berdiri sambil minum kopi
5)
Ia minum kopi sambil berdiri
Kalimat (4)
tersusun secara gramatikal, tetapi secara semantik agak janggal; kalimat (5)
tersusun secara baik dilihat dari struktur dan semantik.
3. Semantik
Bagian
kompetensi linguistik seseorang adalah kesaggupan menentukan makna. Dengan
kompetensi tersebut, orang dapat menentukan kalimat-kalimat mana yang memiliki
lebih dari satu pengertian. Contoh:
1)
Menteri Agama mengumumkan keselamatan jemaah haji di
tanah suci.
2)
Penemuan misterrius penjahat itu menjadi buah mulut
masyarakat beberapa tahun lalu
3)
Isteri tukang becak yang nakal itu sudah pergi
4)
Kuda itu sudah siap untuk naik gunung.
Dengan
kompetensi linguistik itu pula, orang dapat mengetahui bahwa kalimat-kalimat
yeng berbeda bentuk kata atau struktur yang menunjukkan hal yang sama. Contoh :
1a) Ahmad seorang pemuda belum kawin
1b) Ahmad seorang bujangan.
2a) Guru mengantar murid ke pabrik semen Tonasa
2b) Murid diantar guru ke pabrik semen Tonasa.
- Penggunaan Bahasa
Kemampuan membedakan jenis-jeis ujaran yang sesuai dengan situasi, lawan
bicara, dan tempat pembicaraan termasuk pula bagiab kompetensi bahasa.
Performansi (performance) pemakaian
bahasa dalam keadaan yang nyata atau sebenarnya. Chomsky mengatakan bahwa
performansi adalah teori penggunaan bahasa yang tidak termasuk ke dalam teori
linguistik dalam pengertian yang lebih sempit, namun cenderung kepada suatu
cabang khusus psikologi. Walaupun tidak dapat disangkal akan ketergantungannya
pada teori linguistic, yang dikaji atau diteliti secara khusus adalah
mekanisme-mekanisme psikologi yang menentuka aplikasi atau penerapan kompetensi
linguistic.
Performansi adalah pemakaian bahasa
itu sendiri di dalam keadaan yang sebenarnya. Dengan kata lain, performansi
merupakan tutur yan aktual. (Silitonga, 1976: 120 dalam Tarigan, 1985: 12 dan
Kaseng, 1991: 9). Performansi linguistik mengacu kepada proses-proses kognitif,
kesadaran, dan pengertian yang dipergunakan oleh seseorang di dalam penggunaan
pengetahuan linguistiknya secara aktual.
Performansi
linguistik mengacu kepada proses-proses kognitif, kesadaran, dan pengertian
yang digunakan oleh seseorang dalam penggunaan pengetahuan linguistiknyya
secara aktual. Dengan kata lain, performansi linguistik menunjuk kepada
perangkat keterampilan dan strategi yang dipergunakan oleh si pemakai bahasa
sebaik dia menerapkan kemampuan lingustiknya di dalam produksi dn komprehensif
kalimat-kalimat yang sesungguhnya di dalam pembentukan serta pemahaman
kalimat-kalimat yang sesungguhnya. (Cairns dan Cairin, 1967 dalam Tarigan, 1985:
12).
- Kreativitas bahasa
Kreativitas bahasa (language
creativity) atau produktivitas bahasa (language productivity)
merupakan ciri keuniversalan bahasa. reativitas atau produktivitas merupakan
ciri bahasa yang universal dan Chomsky selalu menekankan adanya kesemestaan
bahasa, universalia bahasa atau “linguistic
universals” atau “language universals” (Silitonga, 1976:121).
Kreativitas lingusitik
mempunyai 4 aspek, yaitu:
- Keterbatasan ekspresi linguistik
- Relatif bebas dari pengawasan stimulus
- Keserasian ujaran dengan keadaan
- Kesanggupan mencipta kosakata baru.
Aspek keempat
dari kreativitas linguistik adalah kemampuan mencipta kosa kata baru. Cara
untuk membentuk kata-kata baru ada bermacam-macam, diantaranya:
- Dengan penggabungan kata-kata atau bagian-bagian kata yang sudah ada sebelumnya.
- Dengan jalan mengganti makna kata-kata yang telah dipergunakan sebelumnya.
- Dengan jalan meminjam kata-kata dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
- Dengan jalan menciptakan kata-kata baru, yang sebelumnya belum pernah ada.
Dalam hal ini sistem
bahasa sebagai satuan kognitif nampak ketika setiap orang yang normal dalam
jangka waktu yang tidak tentu menganggap ucapan-ucapan baru sebagai
ucapan-ucapan yang wajar.
Kreativitas bahasa memiliki empat aspek, yakni:
- ketakterbatasan ekspresi lunguistik,
- relatif bebas dari pengawasan stimulus,
- keserasian ujaran dengan keadaan, dan
- kesanggupan mencipta leksikon baru (Cairns & Cairns, 1976:8).
Komentar
Posting Komentar